Hidup dalam ekosistem digital selalu menghasilkan keluaran berupa file. Belasan sampai ribuan file yang dihasilkan dari kerja-kerja kreatif tersebut tentu tak dibuang begitu saja. Mereka tersimpan dalam alat penyimpanan dengan beragam jenisnya.
Buat kamu yang bekerja sebagai penulis, bakal menyimpan banyak file artikel untuk diubah lagi, disesuaikan, bahkan ‘diparkir’ untuk kemudian dikirimkan ke penerbit atau diunggah ke blog pribadi. Fotografer pun sama. berbagai jenis foto tak akan lama-lama disimpan di memori kamera.
Kebutuhan penyimpanan bakal meningkat apabila kamu berprofesi sebagai videografer. Sebab file yang dihasilkan jauh lebih besar dibandingkan file gambar apalagi artikel. Sehingga kebutuhan penyimpanan digital yang besar bagi profesi yang satu ini mutlak adanya.
Bahkan beragam profesi tetap membutuhkan alat buat menyimpan hasil kerja digital mereka. Lantas apa pilihan kamu dalam menyimpan file?
Menyimpan di HDD Eksternal
Ada yang terbiasa menyimpannya di penyimpanan fisik seperti flashdisk, microSD, maupun HDD eksternal. Saya menganggap HDD (harddisk drive) eksternal bisa mewakili semua penyimpanan fisik yang saat ini dipergunakan. Sebab daya tampungnya cukup bisa diandalkan.
HDD eksternal cukup populer dalam beberapa dekade ke belakang. Hingga saat ini, alat penyimpan file ini juga masih banyak dipergunakan oleh pekerja digital hingga pekerja kantoran yang memang membutuhkan data dengan segala portabilitasnya.
Ada berbagai macam HDD eksternal jika dilihat dari kapasitasnya. Di pasaran saat ini, HDD eksternal dimulai dengan kapasitas 500 GB. Dulu memang ada yang memiliki kapasitas 128 GB dan 320 GB. Namun kini dua kapasitas itu sudah jarang ditemui. Kalau nggak 500 GB ya 1TB ke atasnya.
Kelemahan HDD Eksternal
Selain portabilitasnya yang cukup banyak membantu, HDD eksternal dikeluhkan karena kurang praktis. Bentuknya yang lumayan besar untuk dikantongi lumayan mengganggu mobilitas. Sebab mau tak mau ketika kita membutuhkan data yang ada didalamnya ya mesti dibawa.
Bayangkan jika HDD eksternal itu mengalami failure, rusak, maupun hilang. Katakanlah dari 500 GB sudah terisi seperempatnya saja, maka kita harus merelakan 125 GB data. Dan biasanya banyak orang juga menganggap menyimpan di HDD eksternal juga sebagai bagian dari backup. Sehingga ketika penyimpanan ini hilang maupun rusak, ya sudah.
Kelemahan satu lagi yang menurut saya kurang bisa ditolerir dari disrupsi teknologi saat ini. Data yang tersimpan dalam HDD eksternal tidak bisa diakses dari jarak jauh. Makanya saat ini banyak orang mulai melirik cloud storage alias penyimpanan awan untuk menyimpan data mereka.
Menyimpan di Cloud Storage
Cloud storage alias penyimpanan awan merupakan metode penyimpanan data di server terpusat. Server ini dikelola oleh penyedia layanan. Kamu harus terdaftar sebagai anggota di penyedia layanan tersebut sebelum bisa menyimpan data.
Untuk menggunakan layanan cloud ini, kamu bisa mendaftar ke Amazon Drive, Google Drive, OneDrive, Mediafire, DropBox, dan lainnya. Mereka menyediakan juga penyimpanan gratis, namun tentu saja kapasitasnya terbatas.
Enaknya menyimpan di cloud storage, kamu bisa mengakses data kapan saja tanpa perlu membawa HDD eksternal atau penyimpanan fisik lainnya. Kamu juga tak perlu khawatir terjadi kerusakan atau kehilangan data seperti jika disimpan dalam penyimpanan fisik.
Data yang bisa disimpan bervariasi. Jika kamu bukan premium member, data yang bisa disimpan tentu saja terbatas. Kamu harus membayar dengan biaya tertentu untuk mendapatkan fitur dan kapasitas penyimpanan tambahan.
Masalah Cloud Storage
Nah, itulah masalah dari penyimpanan awan ini. Kamu harus mengeluarkan biaya sepanjang waktu selama data kamu tersimpan di sana. Meski ada opsi gratis, namun seperti sudah diketahui sebelumnya, opsi ini tidak bisa dipilih ketika kapasitas penyimpanan yang dibutuhkan lumayan besar.
Kamu juga mesti terkoneksi secara konsisten dengan internet. Sebab untuk masuk ke penyimpanan data, mengunggahnya, menggunakannya, dan mengunduhnya, semua perlu koneksi ke internet. Maka jangan dibayangkan ketika kamu sedang membutuhkan data tersebut, namun koneksi internet sedang tak bisa diandalkan, atau koneksi penyedia layanannya yang memang terganggu.
Beberapa masalah lain yang menyertai penyimpanan awan ini adalah data yang tersimpan itu rentan terkena isu privasi. Mungkin tak sampai diretas, karena mereka dihuni para jago keamanan internet. Namun bukankah seharusnya kenyamanan kita terganggu ketika data penting dalam hidup kita dititipkan ke orang lain? Belum lagi kalau ada perubahan kebijakan dalam layanan mereka.
Gabungan HDD Eksternal dan Cloud Storage
Untuk mengantisipasinya, ada yang menggabungkan antara menyimpan data di HDD eksternal dengan cloud storage. Kedua jenis penyimpanan dipakai secara bersamaan untuk mendapatkan semua manfaat penyimpanan data dari keduanya.
Sayangnya alih-alih data kamu semakin aman, justru memperbesar peluang tersebarnya data pribadi kamu ke berbagai platform. Upaya kamu untuk membuat penyimpanan data jadi praktis tak lagi relevan.
Bahkan jika dihitung dari segi biaya, maka menggabungkan kedua layanan tersebut akan membuat pembengkakan budget. Sebab kamu mesti membeli HDD eksternal di samping setiap bulan juga mesti membayar biaya langganan cloud storage. Boros.
Lantas adakah solusi untuk menyimpan data kita dengan hanya mengambil beragam manfaat saja dari metode penyimpanan yang sudah ada? Ya, jawabannya NAS.
Mengenal NAS
NAS merupakan kependekan dari Network Attached Storage, yaitu sebuah perangkat penyimpanan dengan sistem operasi untuk melayani kebutuhan share dan backup data melalui internet dan intranet.
Melalui NAS, kamu memiliki server penyimpanan sendiri yang sewaktu-waktu diperlukan untuk mem-backup data maupun mengunduhnya. Selama kamu bisa tersambung ke internet, maka perangkat NAS yang ada di rumahmu bisa diakses dari mana saja.
Jadi NAS ini merupakan solusi bagi kamu yang menginginkan ada perangkat fisik agar kendali bisa dipegang sepenuhnya, tapi juga tidak menyerahkan data kepada pihak lain. Bahkan dengan penyimpanan fisik dan mekanisme cloud ini, NAS tidak membutuhkan biaya bulanan atau berlangganan jenis apapun.
Memilih NAS
Jika kamu tertarik dengan metode penyimpanan dengan jenis NAS ini, saatnya kamu evaluasi penyimpanan yang diperlukan. Silakan perkirakan pertumbuhan data yang bakal terjadi 3-5 tahun kemudian.
Maksudnya begini, jika kamu merupakan seorang motion grafis dan sehari-harinya menghabiskan kuota penyimpanan sebesar 10 GB, maka dalam sebulan paling tidak kamu membutuhkan 300 GB. Jika setahun maka penyimpanan yang dibutuhkan sudah 3.650 GB.
Ya, penyimpanan itu memang tidak akan bertambah secara linier begitu. Adakalanya kamu juga akan membuang file yang betul-betul sudah tidak terpakai. Namun paling tidak dari kalkulasi itulah kamu bisa mengetahui seberapa besar penyimpanan yang diperlukan.
Untuk memilih NAS juga kamu harus mempertimbangkan apakah penyimpanan tersebut digunakan untuk kebutuhan backup, atau server multimedia yang membutuhkan lalu-lintas data yang cukup masif. Juga berapa banyak pengguna yang memakai NAS ini dalam waktu bersamaan.
Hal ini menentukan level perlindungan agar data kamu tetap aman, seperti NAS Synology memakai mekanisme RAID, yang bisa kamu pilih dari RAID 0 hingga RAID 10. Tingkatan RAID ini menentukan berapa jumlah HDD yang nanti dipakai.
Jika diurutkan sesuai poinnya, maka dalam memilih NAS, kamu bisa menjawab lima pertanyaan berikut:
- Buat apa kamu membeli NAS?
- Seberapa besar kapasitas yang diperlukan?
- Seberapa tinggi tingkat perlindungan yang dibutuhkan?
- Seberapa banyak orang yang mengakses NAS?
- NAS dari merek apa yang harus dipilih?
Untuk menjawab nomor 5, rasanya bagi kita yang awam terhadap NAS agaknya bakal dibuat kebingungan. Bahkan bagi sebagian orang saja, istilah NAS sebagai tempat penyimpanan ini juga asing.
Ada begitu banyak produk NAS tersedia di pasaran dengan berbagai model, performa, software, dan kelengkapan ekosistemnya. Maka saya rekomendasikan sebuah brand untuk memilih NAS apa yang cocok untuk kamu. Namanya Synology.
Synology
Synology adalah perusahaan Taiwan yang merupakan manufaktur untuk produk NAS, sekaligus menyediakan solusi penyimpanan NAS. Pengalamannya sejak tahun 2000 membuat pasar mempercayai Synology untuk urusan NAS. Sehingga perusahaan yang didirikan oleh Philip Wong ini bisa memimpin pasar.
Buat kamu yang bingung dalam memilih NAS mana yang cocok untuk kebutuhan kamu, silakan manfaatkan NAS Selector di situs Synology. Kamu akan dibantu dengan baik sesuai dengan pengalaman mereka yang lebih dari dua dekade.
Untuk melakukan pembelian juga tak perlu khawatir, kamu bisa mengakses beragam e-commerce seperti Bhinneka, JD.id, Shopee, dan Tokopedia. Di situs-situs tersebut kamu bisa mendapatkan berbagai produk Synology seperti rackstation, diskstation, router, dan berbagai produk untuk menopang ekosistem NAS.
Sumber : kopitekno
0 Komentar