Penilaian Status Gizi dengan Cara Biokimia

Penilaian status gizi secara langsung pada dasarnya terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan dimana cara-cara ini biasanya disingkat dengan ABCD yaitu Antropometri, Biokimia, Clinical sign, dan Dietary. Pada dasarnya masing-masing cara penilaian ini memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing serta saling melengkapi satu sama lain, karenanya tidak heran jika petugas kesehatan seringkali melakukan lebih dari satu tes penilaian status gizi untuk mengetahui status gizi seseorang ataupun menentukan permasalahan kesehatan terkait gizi yang sedang dialami serta upaya penanggulangannya. Pada artikel ini akan dibahas terkait cara penilaian status gizi dengan cara biokimia, baik dari segi pengertian, kelemahan serta kelebihannya, dan pemeriksaan permaalahan kesehatan yang dapat dilakukan oleh penilaian status gizi dengan cara biokimia. Adapun penilaian status gizi lainnya seperti antropometri, clinical sign, dan dietary.

Status gizi merupakan suatu status kesehatan dari individu ataupun populasi yang berkaitan dengan konsumsi makanan ataupun asupan nutrisinya. Status gizi dapat berubah-ubah di setiap siklus kehidupan tergantung dengan kondisi dan situasi disaat tersebut. Misalnya, saat bayi suatu individu dikategorikan sebagai gemuk akan tetapi, ketika remaja  keadaan bisa saja berubah karena situasi dan kondisi seperti pola makan, status ekonomi, wabah, dan kondisi lainnya sehingga status gizinya bisa saja berubah menjadi kurus. 

Penilaian status gizi dengan cara biokimia merupakan penilaian status gizi yang dilakukan dengan mengambil sampel urin, darah, rambut, atau feses dari seseorang yang kemudian diujikan di laboratorium untuk mengetahui kondisi status gizi serta permasalahan gizi yang dialami. Adapun permasalahan gizi yang biasanya melalui uji biokimia adalah KEP (Kekurangan Energi protein), KVA (Kekurangan Vitamin A), anemia, dan Gaki (Kekurangan Iodium). Dengan zat gizi yang dinilai biasanya adalah kadar zat besi, protein, iodium, vitamin A, dan mineral lainnya seperti zink.

Kelemahan dari penilaian status gizi bikomia adalah:

  1. Penilaian status gizi biokimia dilakukan di laboratorium yang tentunya memerlukan peralatan yang mahal serta peralatan yang mudah pecah. Disamping itu, barang-barang ini tidak dapat dibawa kemana saja disamping karena perlu perhatian khusus untuk menjaganya juga dikarenakan sterilitas dari peralatan ini sangat penting untuk dijaga.
  2. Pemeriksaan bikimia harus dilakukan di tempat khusus seperti di laboratorium dan tidak bisa dilakukan disembarang tempat. Dimana tempat seperti ini belum tentu ada disetiap daerahnya, 
  3. Kecukupan zat gizi seperti kecukupan kadar zat besi setiap orangnya bersifat tidak mutlak akan tetapi berdasarkan kisaran kecukupan di setiap orangnya. 
  4. Laboratorium yang terbatas dan mungkin saja hanya ada di rumah sakit besar atau puskesmas sehingga terkadang sulit terjangkau dari penduduk yang jauh dari layanan Kesehatan atau memiliki kesulitan mengakses layanan Kesehatan.

Sedangkan kelebihan dari penilaian status gizi biokimia adalah:

  1. Hasil yang diperoleh akurat, dimana dapat menggambarkan secara jelas berapa kadar suatu zat gizi di dalam tubuh
  2. Dapat mengetahui penyebab dari permasalahan gizi yang terjadi dengan tepat melihat dari jumlah atau kondisi zat gizi di dalam tubuh
  3. Dapat dijadikan sebagai screening Kesehatan untuk mengetahui perubahan kadar zat gizi dalam tubuh sebelum menunjukkan gejala.

Beberapa permasalahan Kesehatan yang dapat dinilai dengan cara biokimia:

1.  Anemia

Pemeriksaan awal untuk anemia biasanya dilakukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin (HB) dalam darah. Adapun pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan Sianmethemoglobin, Oksihemoglobin, dan hematin alkalia. Akan tetapi pemeriksaan yang paling akurat adalah dengan Sianmethemoglobin. Saat ini, pemeriksaan kadar HB dapat dilakukan tanpa menguji di laboratorium tetapi cukup dengan menggunakan alat yang disebut dengan Hemo Cue atau alat pengukuran digital lainnya. Alat ini menggunakan prinsip pengumpulan darah serta pengukurannya dilakukan secara sekaligus pada saat yang sama.
 
Adapun Batasan hemoglobin menurut usia adalah sebagai berikut:

kadar hemoglobin

Pada dasarnya anemia dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti defisiensi zat besi, kelaianan dalam memproduksi sel darah merah, dan berbagai alasan lainnya. Karenya diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui penyebab dari anemia tersebut. Akan tetapi, yang biasanya terjadi adalah anemia karena difisiensi zat besi yang pada umumnya terjadi pada ibu hamil dan wanita remaja. Adapun untuk mengetahui terjadi defisiensi zat besi atau tidak di dalam tubuh dapat dilakukan dengan uji Ferritin Serum, Transperin Saturation (TS), dan Free Erythrocytes Protophorphyrin (FEP). 

a.  Feritin serum 

Uji ferritin serum dilakukan untuk mengetahui status atau cadangan zat besi di dalam hati. Hal ini diketahui dari banyakya ferritin yang dikeluarkan darah dimana ferritin ini menggambarkan banyaknya simpanan zat besi di dalm hati. Metode analisis yang digunakan adalah Enzyme-Linked Immuno Assays (ELISA) atau Radio Immuno Assay (RIA). Adapun kadar ferritin wanita dewasa normalnya adalah 30µg/L dan pria dewasa normalnya adalah 90 µg/L. Apabila seseorang memiliki kadar ferritin dibawah dari batas ini maka hal tersebut mengambarkan bahwa cadangan zat besi di dalam darah mulai menipis. 

b. Transperin Saturation (TS)
 
Dengan mengetahui bahwa zat besi dalam serum berikatan dengan transferrin maka kita dapat mengetahui kadar zat besi yang ada dalam tubuh melalui uji transferrin yang dapat diukur dengan spektrofotometri. Adapun indikator pernting dalam uji ini adalah Total Iron Binding Capacity (TIBC) dimana tingkat kejenuhan dari rasio serum besi dibagi dengan TIBC dan dikalikan 100%. Pada kondisi anemia defisiensi zat besi TIBC akan meningkat. Ambang batas normal dari uji ini adalah <16% untuk golongan dewasa, <14% untuk golongan anak, serta <12% untuk bayi. 

c. Free Erythrocytes Protophorphyrin (FEP)
 
Apabila kadar zat besi sedikit sehingga menganggu pembentukan HB dalam darah maka FEP akan menumpuk dalam eritrosit. Konsentrasi ini diukur dengan uji fluoresensi dengan kadar normal 35 µ/dL dan >100 µ/dL menunjukkan defisiensi dari zat besi. 

2.  Status Protein

a. Status protein somatik
 
Status protein somatik dilihat dari eksresi urine kreatinin dengan perhitungan sebagai berikut:

CHI% : 

((ekskresi 24 jam urine kreatinin – ekskresi ideal) / ideal 24 jam ekskresi urine kreatin) x 100 %

Dengan kategori ebagai berikut:
CHI 5-15%  : defisiensi ringan
CHI 15-30%: defisiensi sedang
CHI >30%   : defisiensi berat

b.    Status protein Viseral
 
Status protein ini dapat dilihat melalui:
  1. Total serum protein
  2. Serum albumim
  3. Serum transferrin, Pengkategorian dari kadar serum transferrin dalam tubuh adalah sebagai berikut: normal: > 200 mg/dl, defisiensi ringan : 150-200 mg/dl, defisiensi sedang: 100-150 mg/dl, dan defisiensi berat : <100 mg/dl
  4. Serum retinol binding protein (RBP) dengan kadar normalnya adalah 2.6-7.6 mg/dl
  5. Serum insulin
Adapun pengkategorian berdasarkan jumlah dari serum protein dan serum albumim adalah sebagai berikut:
pengkategorian serum prealbumim 


pengkategorian serum albumim dan serum protein

3.  Status Lemak

Permasalahan terkait status lemak dalam tubuh juga dapat dilakukan uji melalui cara biokimia dengan pengkategorian sebagai berikut:

Pengkategorian lipid 
pengkategorian lipid 2


4.  Status Vitamin A

Status vitamin A erat kaitannya dengan Kesehatan mata serta pertumbuhan pada anak. Adapun pengkategorian dari jumlah serum vitamin A dalam tubuh adalah sebagai berikut:

Normal: ≥ 20 µg/dl
Kurang: 10-19 µg/dl
Buruk  : <10 µg/dl

5. Status Iodium dan Zink

Status iodium erat kaitannya dengan Gaki dan efek buruknya berupa kretin (kelainan fisik dan psikologis akibat kekurangan iodium). 

Pengkategorian ekskresi iodine urine adalah sebagai berikut:

Normal                : >50 µg/g kreatinin
Defisiensi sedang : 25-50 µg/g kreatinin
Defisiensi berat    : < 25µg/g kreatinin

Adapun kadar normal dari serum zink adalah 10-15 µmol/liter

Demikianlah pembahasan terkait cara penilaian status gizi dengan cara biokimia baik dari segi pengertian, kelemahan dan kelebihan, serta permasalahan kesehatan yang biasanya diuji melalui uji biokimia.

Sumber : Kesmasweb.com

Posting Komentar

0 Komentar